Hubungan Virus Zika dan Microcephaly yang Harus Anda Cermati
Sains

Hubungan Virus Zika dan Microcephaly yang Harus Anda Cermati

Hubungan Virus Zika dan Microcephaly

Ramai sudah virus zika dibicarakan dan dibahas diberbagai negara. Bagai wabah penyakit baru yang mengintai banyak negara. Pasalnya, dikabarkan bahwa infeksi virus yang ditransfer oleh nyamuk pembawa penyakit demam berdarah ini, telah menyebabkan ribuan bayi di Brazil mengalami kelainan. Tercatat sejak Oktober, setidaknya sebanyak 4000 bayi yang terlahir dari seorang ibu yang terinfeksi virus zika mengalami kelainan ukuran kepala yang dikenal dengan istilah microcephaly. Apakah hubungan virus zika dan microcephaly yang sebenarnya?

Lalu, benarkah virus zika yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti sebagai inang sementara ini sebagai penyebab terjadinya microcephaly pada ribuan anak yang baru lahir di Brazil?

Sejarah Virus Zika

Virus zika adalah virus baru yang dibawa oleh nyamuk dan pertama kali teridentifikasi di Uganda pada 1947 silam. Awal mula ditemukan dalam rhesus seekor monyet dan kemudian pada 1952 diidentifikasi ada pada manusia, tepatnya di Uganda dan Republik Tanzania. Wabah penyakit virus zika tercatat sudah menyambangi beberapa negara di Afrika, Ameria, Asia dan Pasifik.

Baca : Ini 4 Bayi dan Balita Yang Mengidap Penyakit Langka

Hubungan Virus Zika dan Microcephaly yang Harus Anda Cermati

Baru-baru ini, virus zika dilaporkan kembali mewabah dan untuk pertama kalinya dilaporkan pada 2007 di Yap dan 2013 di Polinesia, Pasifik. Juga ditemukan di Brazil, Kolombia dan Afrika pada 2015. Paska itu, virus zika dilaporkan menyebar secara sporadis di lebih dari 13 negara di benua Amerika.

Apa Itu Virus Zika

Virus zika adalah virus yang termasuk dalam famili Flaviviridae dan genus flavivirus yang disebarkan melalui nyamuk Aedes sebagai inang sementara. Virus zika akan ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi virus zika.

Hubungan Virus Zika dan Microcephaly yang Harus Anda Cermati

Diagnosis

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, virus zika didiagnosisi melalui PCR (polymerase chain reaction) dan isolasi virus dari sampel darah. Diagnosis dengan serologi terbilang sulit karena dikhawatirkan virus dapat bereaksi dengan jenis flavivirus lainnya seperti demam berdarah, West Nile dan demam kuning.

Tanda dan Gejala

Sejauh ini, masa inkubasi (waktu dari paparan hingga menimbulkan gejala) penyakit yang disebabkan oleh virus zika masih belum dapat terkonfirmasi, diprediksi terjadi beberapa hari. Mereka yang terinfeksi virus zika akan mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, timbul ruam pada kulit dibagian tubuh tertentu seperti wajah, leher, lengan atas, mungkin juga menyebar ke telapak kaki dan tangan. Semua gejala tersebut biasanya masih terbilang ringan dan berlangsung selama 2-7 hari.

 

Bahkan, pada beberapa orang, bisa jadi tidak menyadari dirinya terinfeksi virus zika karena gejala yang ditimbulkan terbilang ringan. Namun, selama terjadinya wabah besar di Perancis dan Brazil baru-baru ini, tahun 2013 dan 2015, dilaporkan adanya potensi komplikasi neurologis dan auto-imun terhadap penyakit ini.

Fakta Virus Zika dengan Nyamuk Aedes

Indonesia yang beriklim tropis tentu tidak asing dengan nyamuk dari genus yang satu ini. Ya, nyamuk Aedes terutama Aedes aegypti. Penyebaran nyamuk Aedes aegypti sudah bukan hal baru dan asing lagi di negara yang berpenduduk mencapai 248 juta jiwa ini.

Nyamuk Aedes aegypti diketahui merupakan nyamuk yang sama yang mentransmisikan penyakit demam berdarah, chikungunya dan demam kuning. Maka, hadirnya wabah virus zika perlu menjadi sorotan dan diperhatikan oleh pemerintah karena mengingat vektor pembawa virus tersebut adalah nyamuk yang memang sering menyerang penduduk Indonesia.

Hubungan Virus Zika dan Microcephaly yang Harus Anda Cermati

Dilaporkan melalui Eijkman Institute, belum lama ini virus zika terdiagnosa kehadirannya di Indonesia, terutama di Provinsi Jambi, pada periode Desember 2014 hingga April 2015. Dr. Herawati Sudoyo Ph.D, Deputi Direktur Eikjman Institute menyatakan bawa virus ini pertama kali dikenali oleh karena lembaganya memiliki platform atau metode deteksi berbagai jenis virus. Namun temuan ini masih terus ditindak lanjuti dan diteliti lebih dalam. Sejauh ini, temuan virus tersebut baru dilaporkan ke Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Benarkah Microcephaly Disebabkan Oleh Virus Zika?

Tentu pertanyaan ini muncul dibenak banyak orang, termasuk Anda. Benarkan microcephaly disebabkan oleh virus zika? Mempertanyakan seberapa besar dampak virus baru yang juga menghantui dan seolah bersiap menyerang Indonesia. Mengingat vektor atau inang pembawa virus zika adalah nyamuk Aedes aegypti yang menghuni bumi Cendrawasih ini.

Hal ini wajar jika menjadi perhatian lebih jauh karena berkaitan dengan generasi penerus bangsa dan efek dari microcephaly yang tidak main-main. Ditambah belum adanya vaksin untuk virus ini.

Hubungan Virus Zika dan Microcephaly yang Harus Anda Cermati

Seperti telah disebutkan diawal bahwa kadang kala pada beberapa orang, indikasi terinfeksi virus zika tidak teridentifikasi dengan baik karena tidak menimbulkan gejala yang berarti. Namun, berbeda efeknya bagi para ibu hamil. Meskipun secara morfologis dan fisiologis terlihat tidak berdampak pada dirinya, tetapi berpengaruh besar pada pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan.

Pada November 2015, Departemen Kesehatan Brazil mengamati hubungan antara peningkatan kasus microcephaly pada bayi baru lahir dengan wabah infeksi virus zika di timur laut negara tersebut. Sebuah lembaga yang ikut melakukan penyidikan perihal ini menemukan bukti bahwa ada hubungan virus zika dengan microcephaly yang diderita oleh bayi yang baru lahir. Namun diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk benar-benar memahami hubungan antara keduanya serta kemungkinan potensi penyebab lainnya.

Terlepas dari ada atau tidaknya kaitan antara microcephaly dengan infeksi virus zika pada ibu hamil, Anda tetap harus waspada. Karena efek dari microcephaly bagi para penderita akan dialami seumur hidupnya. Penderita microcephaly dapat mengalami keterbelakangan mental, keterlambatan perkembangan dan mengalami kejang. Meskipun memang pada beberapa anak dengan kondisi microcephaly masih berkesempatan tumbuh normal.

Baca : 4 Fakta Seputar Mikrosefali yang Wajib Kamu Ketahui

Hubungan Virus Zika dan Microcephaly yang Harus Anda Cermati

Pencegahan dan Pengobatan

Mencegah memang lebih baik daripada mengobati. Cara mencegah virus zika dapat Anda lakukan dengan meminimalisir kontak antara nyamuk dan manusia. Anda dapat menggunakan obat nyamuk atau mengadakan penyemprotan. Hal lainnya juga bisa memakai pakaian tertutup, memasang kelambu ataupun mengurangi faktor berkembang-biaknya nyamuk Aedes selaku vektor pembawa. Bisa juga dengan aksi 3M (Menguras, Menutup tempat penampungan air dan Mengubur barang bekas).

Cara mengobati virus zika memang belum diketemukan, karena belum ditemukan vaksinnya. Tapi mengingat infeksi virus zika biasanya relatif ringan, untuk mengobati virus zika, Anda tidak memerlukan pengobatan khusus. Penderita virus zika harus banyak istirahat, dukupi asupan cairan dan obati rasa sakit serta demam dengan obat-obatan umum. Jika kondisi tidak juga membaik bahkan semakin memburuk, sebaiknya Anda langsung menghubungi rumah sakit atau medis terdekat.

 

 

Infografis :

Hubungan Virus Zika dan Microcephaly yang Harus Anda Cermati

 

 

Baca Juga :

Virus Zika Menyebar di Singapura, Indonesia Waspada
Bangkit Dari ‘Kubur’, Virus Kuno Raksasa Ini Siap Menginfeksi?
Setetes Darah Anda Kini Sangat Berarti Untuk Mengetahui Infeksi Ribuan Virus Pada Tubuh Anda