Alat diagnostik parasit malaria
Beberapa waktu yang lalu, Bill & Melinda Gates Foundation memilih Gita Soraya dan Timnya sebagai penerima bantuan penelitian. Mereka meneliti pengembangan alat diagnostik parasit malaria yang banyak ditemukan di Kawasan Asia Pasifik.
Profil
Gita yang bernama lengkap Gita Vita Soraya ini berasal Dari Makassar dan berkuliah di Universitas Hasannudin lalu melanjutkan gelar PhD nya pada tahun 2014 di Melbourne University. Untuk menyelesaikan studinya, dia memang meneliti tentang pengembangan peralatan diagnostik yang nantinya dapat diterapkan dalam pengobatan.
Gita dapat melanjutkan studinya di Australia juga berkat bantuan dari LPDP dan ia sangat berterima kasih atas kehadiran LPDP. Kabarnya, baru-baru ini juga diluncurkan skema bantuan penelitian bernama DIPI yang digagas oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Baca : 4 Ilmuwan Wanita yang Mengguncang Dunia
Gita sedang meneliti di Kwan Lab di Department of Medicine-Royal Melbourne Hospital dan di The Centre for Neural Engineering. Bersama dengan Tim di kedua tempat tersebut mereka ingin mengembangkan alat diagnostik parasit malaria yang tidak menggunakan Laboratorium untuk penggunaannya dan alat ini nantinya dapat digunakan dengan harga murah untuk melakukan tes genetik atas reaksi berbahaya dari penggunaan obat.
Tujuan
Tujuan penelitian yang didanai oleh Bill & Melinda Gates ini adalah untuk mengembangkan alat diagnostik parasit malaria yang disebut immunosensor malaria yang sangat sensitif serta non-invasive. Proyek ini merupakan kerja sama beberapa peneliti yaitu peneliti utama Professor Stephen Rogerson (Doherty Institute), Professor Stan Skafidas (CfNE), Professor Patrick Kwan (Department of Medicine) dan dr. Gita Vita Soraya (PhD student, Department of medicine. Tim mereka akan membuat alat dielectric immunosensors yang bisa menemukan protein parasit malaria untuk divalidasi melalui contoh ludah dan darah.
Indonesia termasuk dalam Asia Pasific Elimination Network dan pada penelitian tersebut mereka bertekad untuk menjadi negara bebas malaria pada tahun 2030 mendatang. Upaya Indonesia dalam menangani malaria juga sudah membuahkan hasil dengan berkurangnya angka kematian akibat malaria.
Baca : 7 Ilmuwan Berpengaruh dalam Sejarah Genetika
Upaya
Masalah penanganan penyakit malaria di beberapa negara adalah ketersediaan alat diagnostiknya yang masih terbatas. Alat rapid diagnostik saat ini kurang memadai dalam mendeteksi parasit dalam kategori rendah yang cukup berpengaruh dalam upaya pengobatan.
Gita soraya juga mengungkapkan, masalah terbesar dalam penelitian tersebut adalah bagaimana beradaptasi. Gita sendiri berlatar belakang klinik/medis. Saat ini ia terlibat dalam proyek ini sehingga ia perlu waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan berbeda juga cara berpikir yang berbeda.
Ia terlibat dalam penelitian ini karena melihat peluang untuk ikut terjun dalam sesuatu yang ia inginkan, yaitu pendekatan multi disiplin dalam riset bidang kesehatan. Tadinya Gita ingin mengadakan riset murni di bidang kesehatan saja. Namun ia tertarik untuk mendapatkan pengalaman baru dan bertemu para peneliti dari berbagai bidang. Gita melihat masa depan dunia penelitian dengan cara seperti yang ia lakukan dengan para pakar lainnya karena membuatnya belajar berpikir di luar bidangnya.
Gita hidup dengan anak dan suaminya di negeri orang serta jauh dari keluarga besar membuatnya merasakan jatuh bangun bersama hingga saat ini. Suaminya sangat mendukung ia sebagai peneliti dan hal itulah yang paling penting. Dukungan dari orang terdekat atas apa yang dia lakukan yang membuatnya masih semangat seperti sekarang. Jadi, semangatlah untuk berkarya dan mengejar mimpimu wahai anak Indonesia ^_^
Sumber : news.detik.com
Baca Juga :