Bagaimana Sains Memberantas Nyamuk Si Vektor Penyakit
Sains

Bagaimana Sains Memberantas Nyamuk Si Vektor Penyakit

Memberantas nyamuk

Meskipun ukuran mereka tidak lebih besar dari kuku manusia, nyamuk merupakan hewan yang perlu diwaspadai karena dapat mengancam kesehatan manusia. Beberapa penyakit berbahaya seperti demam berdarah dengue (DBD), chikungunya, demam kuning, malaria, dan yang sedang menerima banyak perhatian saat ini, yaitu virus Zika ditularkan melalui gigitan nyamuk. Ada cara untuk memberantas nyamuk dengan sains, tahukah kamu bagaimana caranya?

Dalam British Medical Bulletin yang ditulis James Whitehorn dan Jeremy Farrar, dengue mengancam kesehatan sekitar 2,5 miliar orang di dunia. Sedangkan malaria saja sudah menewaskan lebih dari 400.000 orang per tahun dan puluhan ribu orang meninggal karena demam kuning.

Bagaimana nyamuk dapat menularkan penyakit?

Nyamuk terbang menghampiri manusia karena mengendus keringat, napas, dan suhu tubuh kita yang menandakan bahwa didekatnya ada darah. Air liur nyamuk bertindak sebagai obat bius untuk membuat kulit korban menjadi kebas sehingga rasa sakit akibat tusukan tidak terlalu terasa, serta sebagai antikoagulan untuk menjaga darah tetap mengalir.

Baca : Gita Soraya Dan Tim Mengembangkan Alat Diagnostik Parasit Malaria di Melbourne

Nyamuk menularkan penyakit melalui air liurnya. Virus dan parasit masuk melalui nyamuk dan memasuki inang baru dalam tiga tahap umum, biasanya dalam waktu beberapa hari.

  1. Agen penular infeksi memasuki nyamuk dalam darah yang diisap, lalu bergerak menuju usus.
  2. Agen penular itu bergerak melalui tubuh nyamuk lalu terakumulasi dalam kelenjar air liur.
  3. Setelah berada dalam air liur, inang baru akan terinfeksi saat nyamuk mengisap darahnya.

Bagaimana Sains Memberantas Nyamuk Si Vektor Penyakit

Meskipun demikian, dari 3.500 spesies yang telah berhasil diidentifikasi oleh para peneliti sejauh ini, hanya ratusan saja yang mengisap darah manusia, termasuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus pembawa Zika. Selain itu, ternyata hanya nyamuk betina sajalah yang suka mengisap darah.

Baik nyamuk jantan maupun betina mendapatkan makanan dari buah-buahan dan nektar tanaman. Namun, nyamuk betina membutuhkan protein dalam darah untuk membantu telurnya berkembang.

Strategi pertahanan dalam melawan nyamuk

Beragam jenis nyamuk di lingkungan sekitar kita mampu membawa sumber penyakit. Nyamuk Aedes aegypti yang sering ditemui saja berpotensi menyebarkan lebih dari satu penyakit, seperti demam berdarah, demam kuning, chikungunya, hingga virus Zika. Hal ini memaksa kita untuk melakukan berbagai antisipasi untuk mencegah penyebaran penyakit terjadi.

 

Strategi pertahanan yang sedang dipertimbangkan mulai dari yang sederhana hingga yang secara ilmiah ambisius: kampanye pembersihan tempat nyamuk berkembang biak, desain perangkap eksperimental, sinyal akustik pembunuh larva, rencana untuk mencegah nyamuk berkembang biak dengan menginfeksi mereka melalui bakteri atau mengubah susunan genetik mereka.

Beberapa metode pengendalian yang dapat dilakukan dalam memberantas nyamuk yang dapat dilakukan adalah:

Manajemen Lingkungan

Pengelolaan lingkungan dapat mengurangi bahkan menghilangkan habitat perkembangbiakan nyamuk dan mengurangi kepadatan populasi nyamuk di lingkungan tempat tinggal. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.

Pengendalian Biologis

Agen biologis, seperti predator dan bakteri, kini telah digunakan untuk mengendalikan perkembangan larva nyamuk. Di Indonesia, beberapa ikan yang berkembang biak secara alami dan bisa digunakan sebagai predator larva adalah ikan kepala timah dan ikan cetul. Namun ikan pemakan jentik yang terbukti efektif dan telah digunakan di kota Palembang untuk pengendalian larva DBD adalah ikan cupang.

Bagaimana Sains Memberantas Nyamuk Si Vektor Penyakit

Selain predator larva, bakteri juga telah digunakan dalam strategi pembasmian nyamuk. Dua spesies bakteri yang sporanya mengandung endotoksin dan mampu membunuh larva adalah Bacillus thuringiensis serotype H-14 (Bt. H-14) dan B. spaericus (BS). Endotoksin merupakan racun perut bagi larva, sehingga spora harus masuk ke dalam saluran pencernaan larva.

Baca : Bukan Hanya Baik Bagi Kesehatan, Bayam Juga Bisa Jadi Alat Deteksi Bom

B. Thuringiensis menghasilkan kristal protein yang bersifat membunuh serangga (insektisidal) sewaktu mengalami proses sporulasi. Kristal protein yang bersifat insektisidal ini sering disebut dengan δ-endotoksin. Kristal ini sebenarnya hanya merupakan protoksin (zat yang dapat berubah menjadi toksin hanya dalam kondisi tertentu) yang jika larut dalam usus serangga akan berubah menjadi polipeptida yang lebih pendek serta mempunyai sifat insektisidal.

Bagaimana Sains Memberantas Nyamuk Si Vektor Penyakit

Pada umumnya kristal Bt di alam bersifat protoksin, karena adanya aktivitas proteolisis dalam sistem pencernaan serangga dapat mengubah Bt-protoksin menjadi polipeptida yang lebih pendek dan bersifat toksin. Toksin yang telah aktif berinteraksi dengan sel-sel epithelium di midgut (bagian tengah dari saluran pencernaan dari lambung) serangga.

Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa toksin Bt ini menyebabkan terbentuknya pori-pori di sel membran disaluran pencernaan dan mengganggu keseimbangan osmotik dari sel-sel tersebut. Karena keseimbangan osmotik terganggu, sel menjadi bengkak dan pecah dan menyebabkan matinya serangga.

 

Keunggulan agen biologis ini tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap lingkungan dan organisme bukan sasaran. Kelemahan cara ini harus dilakukan secara berulang dan sampai sekarang masih harus disediakan oleh pemerintah melalui sektor kesehatan. Karena endotoksin berada di dalam spora bakteri, apabila spora telah berkecambah maka agen tersebut tidak efektif lagi.

Pengendalian Kimiawi

Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan melakukan pengasapan/fogging dengan menggunakan malathion dan fenthion yang berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan Aides aegypti sampai batas tertentu. Selain itu, memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.

Sumber:

  1. “This May Be the Deadliest Creature on Earth” http://www.nationalgeographic.com/magazine/2016/08/mosquito-disease-zika-malaria-science-eradication/
  1. “Pencegahan Demam Berdarah Melalui Metode Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)” http://duniaiptek.com/pencegahan-demam-berdarah-melalui-metode-pemberantasan-sarang-nyamuk-psn/
  1. Bahagiawati, 2002, “Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai Bioinsektisida”. Buletin AgroBio 5. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor.
  1. Sukowati, Supratman, 2010, “Masalah Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Pengendaliannya di Indonesia”. Buletin Jendela Epidemiologi Volume 2. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementerian Kesehatan RI.

 

 

Baca Juga:

Anak Nakal Punya Penghasilan Lebih Tinggi Saat Dewasa Nanti??
Ternyata Gen Imunitas Perempuan ‘Berbeda’ Dengan Laki-laki
Manfaat Bekam Bagi Kesehatan dan Dalam Pandangan Medis